Kami, siswa-siwa STOVIA di Weltevreden, telah bertahun-tahun membicarakan bagaimana kita bisa memperbaiki keadaan rakyat kita sekarang ini, dan terutama rakyat jelata. Kami menyadari benar-benar, betapa sulit melaksanakan cita-cita itu. Tetapi kesadaran ini tidak usah menjadi perintang untuk memaparkan pandangan kita itu. Untuk memaparkan gagasan itu bukanlah oposisi terbuka yang kita khawatirkan, melainkan sikap masa bodoh sesama bangsa sendiri itulah. Ingat, berapa banyak sudah pada masa lalu orang berusaha membentuk suatu organisasi untuk kemajuan jiwa bangsa Jawa! Orang-orang yang sepandai, secerdas, dan segiat Bapak Soedirohoesodo yang telah menjelajahi separuh pulau Jawa, telah memohon kepada hampir semua priyayi agar mempertimbangkan pekerjaan ini sebagai tugas suci. Namun sungguh kenyataan yang menyedihkan bahwa semua daya upaya itu sia-sia belaka.
Maka janganlah heran apabila kita menjadi ragu untuk menempuh pendekatan yang sama terhadap para pejabat pribumi, seperti yang pernah dicoba oleh para pendahulu kita yang arif itu. Permohonan para pendahulu kita kepada para pembesar agar mengulurkan tangan bagi rakyat jelata, untuk mengangkat mereka dari kegelapan kebodohan dan memberi bekal lebih baik, baik untuk menghadapi perjuangan hidup maupun untuk melawan penyerbuan bangsa asing, semuanya ibarat raung di gurun pasir. Agaknya, kaum priyayi rendah khususnya tidak bisa membebaskan diri dari belenggu perbudakan yang kuat; mereka tidak bisa lain kecuali menyerah terhadap dari atas. Bagi mereka berbuat sebalinya rupa-rupanya bisa ditafsirkan sebagai penghinaan berat, menodai keluhuran nama atasan mereka. Tanpa dukungan priyayi lapisan atas terhadap usaha kita, kemungkinan mendapatkan uluran kerja sama dari para pejabat lapisan bawah pun benar-benar terhalang.
Inilah perintang besar yang sekarang menghalangi kemajuan di depan kita yang harus diperhitungkan. Kami berpendapat, bahwa rintangan ini hanya bisa dibersihkan dengan datang kepada akarnya, yaitu dengan melenyapkan sumber rintangan itu. Kami benar-benar menyadari, bahwa proses ini harus menjadi keyakinan batin, sehingga tidak bisa dipaksakan kepada orang lain. Kekuatan gerakan kita lebih bersumber pada keyakinan batin, yang mendorong kita bersama-sama memepersatukan diri di dalam persatuan yang kukuh dan abadi, yang selayaknya kita junjung tinggi. Oleh karenanya kita memutuskan untuk melampaui kaum tua untuk sementara ini, dan mencurahkan daya upaya kita guna kaum muda yang ikut merasakan keprihatinan kita. Tak ada hadiah yang lebih besar dari kami kecuali perasaan cinta terhadap sesama sahabat, khususnya yang secita-cita dengan kami, yaitu kawan-kawan kita dari sekolah kehewanan pribumi dan pertanian di Buitenzorg, di sekolah bestir di Bandung, Magelang, dan Probolinggo, di sekolah menengah petang di Surabaya. Mudah-mudahan mereka inilah orang-orang yang bisa mengerti cita-cita kami dengan sebaik-baiknya, sehingga suara kami tidak akan sia-sia ibarat teriakan di belantara. Selayaknyalah kita mengharapkan, agar calon-calon pemimpin rakyat jelata masa datang ini bersedia melakukan apa pun untuk meningkatkan kesejahteraan tanah air dan bangsanya. Harapan kami ternyata benar: gagasan kami mendapat sambutan luas dan dukungan di kalangan kawan-kawan kami. Kaum muda siswa-siswa Jawa telah lama ingin berbuat sesuatu bagi saudara-saudara setanah air, bangsa Jawa yang besar. Walaupun kami para siswa hanya terdiri atas selapisan kecil penduduk Jawa, kami ikut sepenuhnya dalam kebahagiaan, suka dan duka bangsa kita.
Di samping itu sambutan tidak terduga dari sejumlah pejabat pribumi dan penduduk biasa terhadap organisasi kita, membuktikan bahwa banyak orang yang setuju terhadap cita-cita itu. Karenannya dengan mantap bisalah dikatakan, bahwa organisasi kita telah membuktikan dirinya sendiri bisa hidup.
Organisasi kita, Budi Utomo, didirikan tanggal 20 Mei dengan anggota pertama sekitar 650 orang. Tujuan organisasi telah dilaporkan dengan sangat singkat oleh Bataviaasch Nieuwsblad: meringankan beban perjuangan hidup bangsa Jawa melalui perkembangan yang harmonis dan kerohanian.
Tugas paling mendesak yang kita hadapi bukanlah sekedar membersihkan kandang Augias saja. Sudah tentu penghapusan adapt kebiasaan hormat yang melelahkan itu akan termasuk di dalam butir-butir tujuan kita juga. Tetapi prioritas harus diberikan pada masalah pendidikan.
Cara-cara untuk mencapai tujuan kita itu akan dirumuskan secara terinci oleh pengurus pusat, yang akan dibentuk di Yogyakarta pada bulan puasa mendatang. Semua organisasi yang menyetujui tujuan kita akan diminta mengirimkan perutusan masing-masing ke sidang umum ini, dan pada saat itu juga anggaran dasar organisasi akan ditetapkan. Di dalam organisasi ini angkatan muda jelas tidak akan menduduki fungsi pimpinan. Keadaan memaksa kaum muda memikirkan segala soal ini, tetapi mereka belum tamat dari sekolah. Oleh karenanya kita harus mempercayakan pimpinan pada orang-orang tua yang bersungguh-sungguh terhormat, terhormat, pendek kata orang lebih berpengalaman. Hanya dengan demikianlah kita akan bisa bekerja secara efektif, dan meyakinkan saudara-saudara setanah air tentang sifat dan tekad serta kemauan bangsa Jawa.
Selama beberapa hari yang lalu sementara surat kabar memuat artikel-artikel menarik tentang usaha keras tiga raden ajeng dari Jepara dan para bupati dari Jepara, Demak, Temanggung, Karanganyar, Kutoarjo, dan di daerah-daerah lain. Usaha ini kelihatannya mendapat sambutan hampir dari semua pihak.
Berita ini menggembirakan kita. Kita tidak lagi harus menghadapi masalah yang kelihatannya tak bisa diatasi, yaitu sikap masa bodoh para pemimpin rakyat. Kita bisa membuang sikap pasif itu jauh-jauh. Sekarang agaknya para pembesar itu sependapat dengan cita-cita kita. Mereka ingin maju dengan menempuh jalan yang sama dengan kita. Apakah yang lebih mudah dan lebih sesuia bagi kita kecuali maju terus di sepanjang jalan ini bersama-sama? Dengan demikian kita tidak usah mendua kali segala langkah kita. Hal ini perlu jika kita menginginkan berhasilnya gerakan. Sampai sekarang kita belum bekerja bersama-sama. Tetapi dari segala penjuru suara dapat didengar menyatakan pentingnya persatuan. Maka menjadi sangat penting bagi organisasi kita, bukan hanya tertutup, tetapi juga menjadi seluas mungkin.
Kita telah secepatnya memberitahukan kepada para raden ajeng Jepara tentang keadaan dan tujuan organisasi kita, Budi Utomo, serta mendorong mereka agar mebentuk organisasi setempat. Dan sekaligus kita nyatakan pula keinginan untuk bekerja sama dengan mereka itu.
Sekarang telah kita peroleh jalan berkomunikasi, tidak hanya dengan sesama sendiri, tetapi juga dengan beberapa pemimpin bangsa kita. Menjadi harapan kita, agar suatu organisasi yang kuat akan tumbuh dari kerja sama ini.
Tidak pada tempatnya bagi mereka di antara kita yang masih muda untuk memangku jabatan pimpinan bangsa. Kami tidak menuduh siapa pun akan melalaikan kewajibannya, melainkan semata-mata karena saatnya belum tiba untuk itu. Tetapi hari kehidupan baru bagi bangsa Jawa sekarang telah terbit. Zaman untuk selalu mengalah telah lewat. Jika para pembesar masih tetap bimbang, tetap enggan, dan tidak mau atau tidak berani memimpin gerakan ini, maka di luar kemauan kita sendiri terpaksalah kita akan menggantikan mereka memikul tanggung jawab itu. Kami merasa hal itu tak perlu terjadi.
Kami berterima kasih atas ruangan yang tersedia untuk mengutarakan gagasan kita ini.
Atas nama pengurus Budi Utomo
Sekretaris, Soewarno
Jumat, 09 Mei 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar