Jumat, 09 Mei 2008

Tentang dokter R. Soetomo

Pada hari Senen Kliwon tanggal 30 Mauloed tahoen 1869, atau tanggal 30 Mei 1938, dokter R. Soetomo telah wafat di C.B.Z. Soerabaja djam 4.15 sore setelah menderita sakit agak be¬berapa boelan lamanja.
Djenazahnja dimakamkan di Soera¬baja dipekarangan G.N.I. Boeboetan pada hari Rebo tanggal 1 Juni 1938, djam 3.30 siang.
Tentang dirinja dokter R. Soetorno almarhoern maka dapat kita toetoerkan seperti dibawah ini: Dokter R. Soetomo dilahirkan pa¬da tgl 30 Juli 1888 didesa Ngepeh (afd. Ngandjoek) sebagai poetera dari se¬orang goeroe sekolah, toean R. Soewa¬dji. Beliau ini keloearan dari Kweek¬school Malang dan Bandoeng, teman sekolah dan teman se-djaman dengan toean R.W. Dwidjosoewojo. Sebagai se¬ring terdjadi pada waktoe itoe R. Soe¬wadji dari goeroe pindah pada kalangan B.B. Kamoedian tidak lama mendjadi wedana dibawah R.M.A.A. Koesoemo Oetojo. Pada waktoe itoe R.M.A.A. Koesoe¬mo Oetojo mendjadi boepati di Ngan¬djoek.
Setelah loeloes dari sekolah rendah di Bangil ia masoek sekolah STOVIA. Beberapa temannja pada waktoe itoe jalah Dr. Soewarno (oogarts), Dr. Andu (Menado) Dr. Slamet. Dr. Soeradji, almarhoem Dr. Goenawan Mangoenkoe¬soemo (iparnja), Dr. Boediardjo Ma¬ngoenkoesoemo, Dr. Latumeten, Dr. Saleh dll.
Pada tahoen 1907 ajah dokter R. Soetomo wafat. Sebagai poetera jang paling toea dengan mempoenjai doea orang adik lelaki dan empat orang adik perempoean, pada waktoe itoe ia doedoek di klas tiga di Geneeskundige af¬deeling. R.Soetomo menjatakan akan meninggalkan sekolahan dengan ber¬maksoed maoe bekerdja soepaja dapat membantoe penghidoepan dan pendi¬dikan adik-adiknja. Tetapi niatan ini telah ditjegah oleh iboenja. Iboenja berpengharapan soepaja poeteranja R.Soetomo teroes beladjar sampai da¬pat gelar Ind. Arts. Soepaja dapat memelihara poetera-poeteranja, njonja R.Soewadji menarik diri pergi kedesa dan melakoekan pertanian ketjil.
Moela saat itoe R. Soetomo keli¬hatan amat „prihatin”, moelai memi¬kirkan tentang iboe dan adik-adiknja.
Berhoeboeng dengan itoe djoega ma¬ka timboel perkoempoelan “Boedi Oetomo” jang didirikan di gedong sekolahan STOVIA, Congres jang pertama dari B.O dilangsoengkan di Djokja pada tahoen 1908.
Dalam tahoen 1911 ketika Peme¬rintah kekoerangan Ind. Arts, disebab¬kan timboelnja penjakit pest, R. Soetomo dengan 6 teman’nja sekelas, 6 boelan sebeoem oedjian penghabisan, diangkat sebagai Ind. Arts zonder me¬nempoeh oedjian.
Standplaats jang pertama di Sema¬rang. Dari sana dipindah di Stadsverband (sekarang C.B.Z.) Betawi. Karena soeka melihat hal-hal jang koerang adil atau tingkah jang sewenang-wenang, maka Ia telah bertjektjokan dengan seorang verpleegster bangsa Eropah, karena jang diseboet belakangan ini tidak menoe¬roet perintahnja, sebab ia tjoema dok¬lor Djawa sadja. Ini perkara dimadjoe¬ken oleh njonjah Stokvis (Gouv. Arts) dan dokter Soetomo di fihak jang betoel.
Pada tahoen 1912 ia dipindahkan ke Toeban dan dari sini ke Loeboek Pakam di Soematra Timoer. Ditempat ini ia tidak sedikit membangoenkan pergerakan. Atas initiatief’nja telah diriken soeatoe perhimpoenan “Piroe koena”. Selain dari itoe ia mempeladjari keadaan pekerdjaan boeroeh (arbeidstoestan) dikebon-kebon, me¬ndjebabken kemoedian ia dimasa jang perloe dapat mentjeritakan tentang pe¬kerdjaan boeroeh itoe, keadaan dan tempat²nja dengan djalan pidato atau dan djoega melakoekan critiek jang bersifat opbouwend,
Pada tahoen 1914 ia dipindah pada pemberantasan Pest di Djawa-Timoer dengen slandplaats Malang, Kepandjen dan Magetan. Dikota jang paling belakang ia telah bersentuhan faham dengan boepati kota Itoe tentang perbaikan roemah² kediaman, (joning verbetering)
Meskipoen belakangan ternjata ia jang tida bersalah, tetapi ia terpaksa meninggalken kota Magetan. Sesoedah tiga boelan dapet wachtgeld kemoedian diangkat lagi di BIora, dikerdjakan di_Zendinghospitaal Itoe waktoe jang mengepalai Zending¬hospitaal jalan toean van Engelen. Di Blora ia mendirikan koempoelan, mem¬peladjari „Pergerakan Samin” dan lain¬-lainnja.
Dalam tahoen 1917 ia dipindah ke Batoeradja (Palembang) dimana ia ting¬gal disitoe sampai penghabisan tahoen 1919. Ditempat itoe keadaan soenji, sehingga ia selaloe berhoeboengan de¬ngan poelau Djawa dengan menoelis beberapa brochures.
Semendjak sebagai moerid STOVIA, R. Soetomo ingin sekali mendapat di¬plomat Europeesch Art. Oentoek mentjapai tjita-tjitanja, maka ia ber¬hoeboengan dengan almarhoem Mr. Van Deventer dan njonjahnja. Beberapa hal selaloe merintangi tjita-tjitanja oentoek meneroeskan ke Eropah boeat dapat¬kan apa jang dikehendaki’nja.
Tetapi niatan itoe dilepaskan dan ia berniat teroes boeat soepaja oen¬toek melandjoetkan peladjarannja de¬ngan beaja Pemerintah. Senantiasa ia mendesak kedjoeroesan itoe pada kepala-kepala dari Burgelijke Genees¬kundige Dienst dengan berachir dikaboel¬kan djoega jaitoe pada tahoen 1919¬-1920 tiga Ind. Artsen, R. Soetomo, Sja'af, Suardjito di kirim ke Eropah. Pa¬da tempo belakangan banjak lagi Ind. Artsen jang dikirim ke Eropah dengan studieopdracht dan Pemerintah dan atoeran ini djoega berlakoe kepada Ind. Rechtskundigen dan Ind. Artsen sampai adanja penghematan.
Selama ia beladjar di Eropah dalam tahoen 1919-1923 satoe tahoen ia pegang pimpinan dari Indischc Vereeninging jang sekarang mendjelma mendjadi „Perhimpoean Indonesia”.
Ditiap-tiap Congres dari kaoem student R. Soetomo selaloe ambil kedoedoekan di moeka sebage jang terpandang. Antaranja Congres di Oeggeest, Hardebroek, Lunteren dan sebagainja.
Setelah loeloes dan mendapat diploma ia bekerdja pada Prof Mendes da Costa di Amsterdam laloe mendjadi assistent dalam ilmoe dermatologie dari Prof dr. Unna di Hamburg, jalah goeroe besar jang terkenal seloeroeh doenia, poen laloe djoega djadi pembantoe prof, Plaut di Weenen dan Parijs, boeat ambil titel specialist kedjoeroesan penjakit koelit dan gelachtsziekten (huisdziek¬ten).
Pada permoelaan tahoen 1923 ia kembali dari studieopdracht kenegeri¬nja sendiri dan kemoedian ia diangkat sebagai huidarts pada C.B.Z. di Soera¬baja, merangkap memberi peladjaran di NIAS. Di Blora dalam tahoen 1917 be¬liau kawin dengan seorang njonjah Belanda jang amat di tjintai oleh’nja, teman setia dalam kesoesahan maoe¬poen kegembiraan, jang malang bagi Dr. Soetomo, telah meninggal doenia lebih doeloe dalam tahoen 1934.
Dalam hal ilmoe kesehatan, ialah jang mendjadi specialiteitnja, Dr. Soe¬tomo itoe menoendjoekkan ketjakapan dan kepandaian jang telah diakoe oleh collega-colleganja, dan sebagai pen¬didik dari moerid-moerid dokter be¬liau djoega terkenal baik peladjaran¬nja.

SEBAGAI MANOESIA.
“MAS TOM”
Dengen nama seboetan itoe ia dikenal oleh riboean kawan seperdjoeangannja, oleh riboean kawan biasa, oleh riboean patient-nja, jang mendjoengdjoeng dan menghormatnja. Dan memang pantas di djoengdjoeng dan di hormat boeat djasa-djasanja sebage pemoeka dan pengandjoer pergerakan jang menoedjoe kearah ke Merdekaan bangsa dan negaranja, djasa² jang tida bisa dinilai sebage seorang Dokter jang beriken pertolongan boleh dibilang dengen pertjoema pada riboean orang, tampa pandang boeloe. Dengen aer moeka jang selaloe keliatan tersenjoem simpoel, riang gembira dan ramah tamah, biar bagaimana siboek adanja ia setiap hari dari pagi hingga djaoeh malem.
Mas Tom itoe siapa? Boekan laen dari almarhoem Dokter Soetomo di Soerabaia.
Diwaktoe pagi ia beri koeliah di N.I.A.S (Nederland Indische Artsen School), sepoelangnja dari sana biasa’nja mampir di G.N.I (Gedong Nasional Indonesia) di Boeboetan atawa ke harian Soeara Oemoem, jang waktoe itoe di pimpin oleh Tjindarboemi.
Dimalem hari kasih tjeramah atawa koeliah di Studie Club tentang soal² jang menjangkoet politik dan pergerakan. Djoega pernah ikoet rombongan bikin perdjalanan ke Trowoelan (Modjokerto) boeat liat peninggalan zaman Modjopahit. Saja masih simpen potret² dimana bisa di liat Mas Tom doedoek „ngerompol” ditanah di kelilingin kawan² sambil menikmati aer kelapa moeda.
Kembali pada program harian Mas Tom sampe diroemah mengasoh sebentar, kamoedian siap lagi terima patient jang setiap sore berkoempoel diroewangan tetamoe. Dan bagaimana Dokter Soetomo terima orang² jang datang berobat? Ada 2 kamar dimana setiap orang sakit soedah menoenggoe. Mas Tom masoek, minta si patient boeka pakean, masoek kelaen kamar berikan seroepa perintah pada orang laen jang soedah menoenggoe kedatengannja. Balik poela kekamar pertama, sisakit dipreksa dengen teliti, beriken resep dan si sakit boleh pergi oentoek diganti orang laen jang soedah masoek. Mas Tom masoek kekamar preksa jang kedoea dan berboeat seperti jang dikamar pertama.
Begitoe seteroesnja sehingga semoea orang jang datang berobat ditolong. Tida ada jang ditanja nama, pekerdjaan apa, alamat roemah dan sebage’nja. Tjoema kalaoe perloe oentoek tjatetan koesoes, baroe nama si sakit ditjatat. Berapa orang moesti bajar? Sesoekanja, tida bajar apa² poen boleh. Dibagian tengah dari kamar preksa itoe ada satoe medja boendar ketjil. Disana orang jang soeka boleh taroh oewangnja. Ada jang beri 3 doewit (doea sen setengah), lima sen, satoe goelden, kadang² ada djoega jang tinggalken selembar oewang kertas dari 5 goelden. Dan boekan begitoe sadja, bila orang jang sakit itoe ternjata melarat, tida poenja oewang. Mas Tom ambil itoe seperloenja jang ada dimedja dan beriken itoe pada pasien nja oentoek beli obat recept atawa oentoek pake sendiri.
Tetapi memang moengkin soedah mendjadi tabeat manoesia jang lemah batinnja, jang soeka „misbruik maken” (menjalah goenaken) laen orang poenja goodwill terhadep dirinja. Saja liat sendiri ada orang² hartawan jang berobat pada Mas Tom, sengadja tinggalken mobilnja jang mewah djaoeh dari roemah dokter. Mereka datang dengen djalan kaki, pake pakean sederhana bila dibandingken dengen jang biasa ia pake sehari-hari. Maksoednja soepaia dapet pertolongan gratis atawa tida dikenaken ongkos preksa terlaloe berat. Seolah-olah dokter Soetomo itoe toekang garoek doeit seperti taoewke² jang dimaksoedken. Malah diantaranja ada jang mendjadi lintah darat alias toekang lepas oewang panas dengen rente jang amat tinggi. Tentoe sadja mereka dihadjar habis-habisan oleh „Soeara Publik”.
Dokter Soetomo..! namamoe dan perboeatanmoe akan terkenang sampe lama sekali oleh kita semoea jang pernah mendjadi kawan seperdjoeangan, kawan biasa atawa patient. Malah jang pernah mendjadi lawanpoen tida akan sangkal kebesaranmoe sebage manoesia, sebage pemimpin, sebage tabib.
Ditaon 1938 dalem oesia baroe 50 taon, Mas Tom meninggalkan kita boeat selama-lamanja. Riboean jang datang memberi hormat penghabisan disisi djenasahnja. Riboean jang toeroet hantar pengoeboerannja didalem pekarangan G.N.I, Boeboetan. Riboean terdiri dari orang-orang Indonesia, Tionghoa, Belanda, Arab, dari segala lapisan hidoep.
Semoga arwahnja senantiasa dapet tempat aman dan sentoesa....!

DALAM POLITIEK
Tetapi segala sifat baik dari Dr. Soe¬tomo itoe, boedi dan sepak terdjang jang bagoes dan moelia tidak dapat tjoekoep nampak seterang-terangnja da¬lam kedoedoekan beliau sebagai dok¬ter, melainkan teroetama sangat kentara dalam penghidoepannja sehari-hari se¬bagai politicus. Poen nama Dr. Soe¬tomo telah mendjadi sangat terkenal dan haroem tak karena kepandaiannja sebagai tabib, melainkan karena ke¬doedoekannja dan djasa²nja sebagai politicus, teroetama sebagai orang jang mengabdikan diri pada noesa, bangsa dan sesama’nja.
Oemoem telah mengakoei, bahwa djika Dr. Soetomo boekan pendekar dan pemimpin jang terbesar setidak-¬tidaknja toh salah seorang antara jang paling besar pada waktoe ini.
Soedah sedjak masih sangat moeda Dr. Soetomo telah mentjeboerkan diri dalam politiek. Dan sampai pada hari wafat’nja jang teroetama mendjadi pi¬kiran bagi dia ialah tidak lain dari pada pergerakan kebangsaan pada oemoem¬’nja dan langkah partai’nja, jaitoe Parin¬dra choesoesnja. Sebagai moerid sekolahan dokter (Stovia) di Betawi Dr. Soetomo pada tanggal 20 Mei 1908 bersama-sama dengen Dr Goenawan dll, telah mendiriken perkoempoelan Boedi Oetomo, perkoempoelan jang tertoea, dan perintis djalan bagi pergerakan kebangsaan di Negeri ini. Maka ketika baroe-baroe ini pada tgl. 20 Mei terseboet, dimana-mana telah diadakan peringatan oentoek me¬rajakan oesia pergerakan kebangsaan genap 30 tahoen dalam mana telah di¬doakan poela agar soepaja Dr. Soetomo “bapak” dari pergerakan kebangsaan Indonesia, lekaslah semboeh dari sakit¬nja.
Riwajat beliau sebagai politicus dari permoelaan hingga wafatnja tentoe ma¬sih tjoekoep terang dalam ingatan orang, hingga sebenarnja tidak perloe kita terangkan lagi sedjelas-djelasnja apabila kita mengingatkan sadja lagi be¬berapa boekti-boekti ke-actif’an kegiatan, dan boeah pekerdjaan Dr. Soetomo, sebagai politicus itoe.

DALAM PERGERAKAN NASIONAL.
Moelai dari permoelaan Boedi Oetomo beliau memegang pimpinan dan orang tentoe beloem loepa segala oesahanja dan tjontoh baik sebagai pemoeka dari B.O. di Betawi. Meskipoen kemoedian terpaksa haroes meninggalkan perkoem¬poelan itoe oentoek memberikan te¬naganja pada gerakan jang lebih tjotjok dengan kemadjoean dan aliran zaman dan dirinja sendiri dan achirnja berga¬boeng lagi dengan anak kandoengnja itoe sesoedah B.O. dan P.B.I. bersatoe mendjadi Partai Indonesia Raja, tetapi tentang Dr. Soetomo haroes dikatakan, bahwa aliran apapoen djoega jang pada sesoeatoe waktoe dipandang sebaik-baik¬nja boeat dianoet, beliu tidak pernah meloloskan diri dari poliliek, selaloe berdiri ditengah-tengah perdjoeangan politiek dan toeroet dalem pergerakan oentoek memadjoeken noesa dan bangsa. Dapat itoe dikataken djoega dari laen² orang, bahken jang kemadjoean dan didikannja sama atau lebih tinggi dari pada beliau? Adakah seorang pe¬tjinta bangsa jang begitoe oelet dan begitoe setia pada toedjoeannja dan tidak pernah terpoetoes angan-angan¬nja dan tjita-tjitanja; hingga moelai dari waktoe masih moerid sekolah sehingga pada saatnja poelang ke Rachmatoellah tetap siap dan bersedia tidak berhenti menjediakan dirinja oentoek perdjoeangan politiek goena kemoeliaan negeri dan bangsanja?
Maka dari itoe kawan, maoepoen lawan dan rakjat maoe tidak maoe haroes mengakoei kebesaran beliau se¬bagai seorang politicus dan pemimpin jang tetap, setia, pantas dihormati sepak terdjangnja, jang pantas ditjontoh. Te¬roetarna sebab jang dipentingkan jalah keperloean rakjat.
Ketika Dr. Soetomo baroe-baroe ada di Soerabaja beliau diangkat mendjadi lid gemeenteraad dengan lain-lain ka¬wan-kawannja segolongan. Apabila te¬rasa, bahwa kedoedoekannja dalam gemeenteraad itoe hanja seolah-olah ber¬arti, menolong memotong leher ra'jat maka bersama-sama dengan 4 orang golongannja beliau meletakkan djabatan (berhenti) sebagai lidgemeenteraad terseboet. Keberhentian beliau itoe di¬samboet oleh beriboe pendoedoek kota Soerabaja dalam satoe openbare ver¬gadering, jang memberi persetoedjoean pada Dr. Soetomo dan lain-lainnja itoe. Bandingkanlah itoe dengan sepak ter¬djang sementara orang jang dalam keadaan demikian sekarang malah lebih soeka melepaskan principes dan kehor¬matan sendiri, asal kedoedoekannja dan ............. foeloesnja masih bisa tetap!!.
Pada tangga1 4 Juli 1924 Dr. Soetomo toeroet mendirikan Indonesisce Studie Club di Soerabaja jang moe1a-moe1a hanja bermaksoed soepaja para intellectuee1 djangan terlaloe me¬djen, soeka memikirkan nasib rakjat, dan jang achirnja djoega benar-benar toeroet memboektikan, bahwa mereka dapat membe1a kepentingan rakjat da¬lam praktijk. Da1am tahoen 1926 ketika dikota Soerabaja terdjadi pemo¬gokan besar dibeberapa pabrik-pabrik dan peroesahaan indoestri, 1antaran pe¬ngaroehnja kaoem KOMOENIS jang be¬gitoe hebat, maka dr. Soetomo dengan golongannja, te1ah diangkat mendjadi hakim pemisah, jaitoe doedoek dalam commissie jang memeriksa sebab-sebab¬nja pemogokan itoe dan mentjari per¬damaian dan keakoeran. Hal ini djoega berhasil, hingga beberapa soal jang pen¬ting dapat dipadamkan.
Begitoe poela dr. Soetomo pernah mendjadi hakim pemisah ketika ada perselisihan antara perkoempoelan kaoem Islam, jaitoe antara Moeham¬adijah dan Sarekat Islam. Perteng¬karan dari doea perhimpoenan Islam ini adalah begitoe hebat seakan-akan ta' dapat didamaikan.
Berhoeboeng dengan itoe maka orang 1aloe menoendjoek dr. Soetomo cs. mendjadi hakim pemisah. Begitoelah setelah dr. Soetomo menjampoeri 1a¬loe segala perselisihan mendjadi beres dan damai.
Maka tidak heran, bahwa kedoe¬doekan dr. Soetomo di Soerabaja men¬dapat perhatian orang banjak. Hal ini terboekti ketika Studieclub mengadakan Interinsulaire avond pada taon 1925. Disitoe segala perhimpoenan menoendjoeken perhatian dan sympathienja.
Karena dipandang perloe oleh pe¬merintah maka dalam tahoen 1927 dr._Soetomo_diangkat djadi anggauta Volksraad. Tetapi angkatan ini achirnja tidak dapat diterima olehnja, karena Studieclub tidak menjetoedjoeinja.
Dalam pertengahan boelan Dec. ta¬hoen 1927 atas persetoedjoeannja partai-¬partai politiek jang besar telah dapat diadakan badan permoefakatan partai-¬partai politiek, jalah Permoefakatan Porhimpoenan² Politiek Kebangsa In¬donesia (P.P.P.K.I.) badan permoefa¬katan dari Boedi Oetomo, P.N.I., P.S.I., Pasoendan, Kaoem Betawi, Sumatranen¬hond dan berbagai-bagai Studieclubs. Dari badan persatoean ini jang dipilih mendjadi ketoea oleh congres P.P.P.K.I. jalah dr. Soetomo.
Ketika studieclub di Soerabaja lan¬taran telah terang kemaoeannja, garis¬-garis toedjoean politieknja dsb.nja di¬ganti mendjadi Persatoean Bangsa Indonesia pada tgl 16 Oct. 1930, jang di pilih sebagai ketoea djoega dr. Soe¬tomo.
Bahwa kedoedoekannja sebagai politicus jang termoeka itoe tidak dja¬rang memikoelkan djoega padanja beban² jang amat berat poen sering menimboelken keketjewaan jang besar bagi dirinja, itoe tentoe dapat dikira-kirakan.
Tctapi dr. Soetomo sendiri selaloe memberiken petoeah pada kawan-kawan'nja jang sedang hampir poetoe asa atau ketjewa. Bahwa siapa jang bergerak di lapangan politiek, soedah seharoes’nja berani menanggoeng risico¬’nja. Risico jang paling ketjil sekali ialah pendakwa’an palsoe (insinuatie) goena menghilanken pengaroeh atau kepertjajaan jang tengah berkembang-kembang.
Lagipoen bahwa dr. Soetomo itoe terang seorang jang tidak per¬nah poetoes asa selaloe berdiri tegak, meskipoen dengan terang-terangan atau dengan tjara gelap mendapat rintangan ataupoen tamparan jang sehebat moeng¬kin, itoe dapat dilihat dari segala sepak terdjang selama hidoepnja. Tjita-tjita dr. Soetomo jang tinggi tentang kemoeliaan tanah air jang hanja akan bisa tertjapai dengan persatoean jang kekal dari bangsa-bangsa di Indo¬nesia dapat berwoedjoet sekedarnja dengan terlahirnja partai-partai tergaboeng mendjadi Partai Indonesia Raja sekarang ini. Maka djoega hampir hingga saat djiwa dr. Soetomo terlepas dari badan djasmani tiada berhentinja dia menoempahken perhatiannja kepada partainja itoe.

SEBAGAI PENJOESOEN.
Djikalau ada orang jang menjeboet dr. Soetomo itoe tidak sadja seorang pengandjoer, pemoeka dan pemimpin, tetapi djoega seorang penjoesoen (bou¬wer) jang kelihatan njata segala boeatannja, tidak hanya tjakap bitjara, tetapi djoega bisa bekerdja, itoe tentoe dapat dibenarkan apabila orang melihat be¬rapa banjak pendirian jang sekarang telah dapat didirikan atas oesaha atau dengan pertolongan beliau.
Kita tjatat sadja pendirian-pendirian sebagai: Roekoen Tani, Bank Nasional Indonesia, Bank-Bank Koperasi, Roe¬koen Pelajaran Indonesia, Roemall Pia¬toe P.P.A.J., Weefschool, Vrouwentehuis, Roemah oentoek memelihara anak-anak soepaja terhindar dari penjakit lepra, G.N.I., sekolah-sekolah nasional, peroe¬sahaan soerat kabar dll.
Demikianlah tidak sadja dilapangan politiek, tetapi djoega dilapangan sociaal beliau banjak sekali djasanja dan me¬ninggalkan nama haroem pada tiap-tiap pendirian itoe.

DILAPANGAN JOURNALISTIEK.
Perhitoengan tentang segala apa jang telah ditinggalkan oleh dr. Soetomo sebagai barang warisan permai dan poe¬saka oentoek kemadjoean bangsa dan noesa kita, tentoe tidak lengkap apabila kita beloem menjeboet pekerdjaan dan djasa beliau dilapang journalistiek dan persoerat-kabaran; segala keloeh ke¬sahnja oentoek memadjoekan dan me¬njentausakan pers Indonesia oemoem¬nja; segala tjita-tjitanja boeat menjem¬poernakan alat kemadjoean bangsa kita jang sangat penting dan sendjata per¬djoangan jang paling tadjam jalah pers itoe.
Oentoek memberi keterangan kepada oemoem ia mendirikan oesaha baroe jalah soerat kabar minggoen “Soara Oemoem” diterbitkan poela madjallah minggoean Djawa “Panjebar Semangat” dan harian “Tempo”.
Beberapa brochures soedah dikarang oleh dokter R. Soetomo diantaranja oentoek penoentoen dan penerangan ra'jat jang dikeloearkan oleh Balai Poes¬taka.
Selainnja beliau sehari-hari toeroet hidoep dengan 3 soerat-kabar jang ada dibawah pimpinannja, tidak mengenal soesah atau pajah oentoek memadjoe¬kannja, orang semoea tentoe telah mengetahoei djoega apa jang di kerdjakan oleh’nja boeat mendapatkan keoentoeng¬an bagi pers kita dengan selaloe mem¬bela kepentingannja dan menggoegat-goegatkan segala rintangan bagi pers itoe dimana sadja beliau mendapat ke¬sempatan oentoek berboeat begitoe.
Perbaikan kedoedoekan soerat-soerat kabar, nasib dan penghidoepan jour¬nalist, teroetama jang bekerdja pada soerat-kaharnja sendiri, itoelah jang sehari-hari selaloe dipikirkan, terlebih doeloe dipikirkan oleh beliau daripada apapoen djoega dengan tidak poetoes-¬poetoesnja.
Sebagai voorzitter perkoempoelan dag¬bladdirecteuren beliau telah beroelang-oelang menjampaikan keinginan soerat¬-soerat kabar pada fihak pemerintah, sekalipoen pemerintah agoeng di Ne¬derland. Selaloe siap oentoek mem¬pertahankan hak-hak kemerdekaan pers dan sebagainja.
Tidak sadja sebagai directeur jang mengoeroes penghidoepan soerat ka¬bar, tetapi djoega sebagai journalist, sebagai penoelis, Dr. Soetomo terkenal baik, tadjam dan djitoe toelisan-toelisan¬nja. Malah banjak sekali orang heran ketika beliau mengirimkan soerat-soe¬ratnja dari loear negeri boeat soerat¬soerat kabar ketika mengadakan per¬djalanan keliling doenia. Karena amat baiknja soesoenan toelisan-toelisan itoe.

BAGI KAOEM TANI
Djoega kepada kaoem tani ia selaloe memperhatikannja. Telah didirikan oleh¬nja dengan kawan sedjawat persatoean Roekoen Tani dengan Loemboeng Coo¬peratienja, jang sekarang soedah tersiar diseloeroeh Djawa Timoer. Oentoek ke¬pentingannja kaoem Tani ia telah me¬nerbitkan minggoean “Kromo Doeto” dan kemoedian mendjadi “Panjebar Se¬mangat” sampai sekarang.

BAGI FAMILIE
Walaupocn dokter R. Soetomo banjak kerdja dikalangan sociaal poen sebage poetra paling toea sendiri jang moelai moedanja soedah kehilangan orang toeanja, ia tidak loepa djoega melakoe¬kan kewadjibannja terhadap keloearganja dan saudara-saudaranja.
Oleh karena pimpinannjalah maka saudara-saudara lelaki dan perempoean dapat didikan jang sempoerna dan pe¬ngadjaran jang tjoekoep.
Toedjoeh poetera dari almarhoem R. Soewadji ada sebagai berikoet:
1. Dr. Soetomo, Leeraar NIAS Soe¬rabaja.
2. Dr. R. Soesilo, Hoofd dari Inspec¬tie Malaria Bestrijding di Soematera Selatan dan sebagai standplaats di Pa¬lembang.
3. Dr. R. Soeratmo, Hoofd Veteri¬naire Dienst di Betawi.
4. Njonja Dr. Goenawan Mangoen¬koesoema.
5. Njonja Ir. Soerjatin, Djokjakar¬ta.
6. Nona Sri Oemijati, Directrice dari sekolah Kartini di Cheribon.
7. Nona Mr. Siti Soendari, Directrice Bank Nasional di Malang.

PENOETOEP
Oentoek menoelis riwajat dr. Soe¬tomo selengkap-lengkapnja, teroetama boeat menggambarkan sifat, boedi dan djasa-djasa orang loehoer sebagai Dr. Soetomo itoe akan meminta tempat banjak sekali. Sedang itoe djoega tentoe masih selaloe koerang.
Sebab barangkali perkataan jang be¬rapa banjakpoen djoega beloem dapat menggambarkan ketinggian boedi toean dokter itoe jang sebenar-benarnja.
Tetapi barang siapa pernah bergaoel dengan beliau dari dekat, tentoe tidak memboetoehkan banjak-banjak perka¬taan boeat dapat mengoekoer boedi dr. Soetomo itoe.

Kemajuan bagi Hindia

Kami, siswa-siwa STOVIA di Weltevreden, telah bertahun-tahun membicarakan bagaimana kita bisa memperbaiki keadaan rakyat kita sekarang ini, dan terutama rakyat jelata. Kami menyadari benar-benar, betapa sulit melaksanakan cita-cita itu. Tetapi kesadaran ini tidak usah menjadi perintang untuk memaparkan pandangan kita itu. Untuk memaparkan gagasan itu bukanlah oposisi terbuka yang kita khawatirkan, melainkan sikap masa bodoh sesama bangsa sendiri itulah. Ingat, berapa banyak sudah pada masa lalu orang berusaha membentuk suatu organisasi untuk kemajuan jiwa bangsa Jawa! Orang-orang yang sepandai, secerdas, dan segiat Bapak Soedirohoesodo yang telah menjelajahi separuh pulau Jawa, telah memohon kepada hampir semua priyayi agar mempertimbangkan pekerjaan ini sebagai tugas suci. Namun sungguh kenyataan yang menyedihkan bahwa semua daya upaya itu sia-sia belaka.
Maka janganlah heran apabila kita menjadi ragu untuk menempuh pendekatan yang sama terhadap para pejabat pribumi, seperti yang pernah dicoba oleh para pendahulu kita yang arif itu. Permohonan para pendahulu kita kepada para pembesar agar mengulurkan tangan bagi rakyat jelata, untuk mengangkat mereka dari kegelapan kebodohan dan memberi bekal lebih baik, baik untuk menghadapi perjuangan hidup maupun untuk melawan penyerbuan bangsa asing, semuanya ibarat raung di gurun pasir. Agaknya, kaum priyayi rendah khususnya tidak bisa membebaskan diri dari belenggu perbudakan yang kuat; mereka tidak bisa lain kecuali menyerah terhadap dari atas. Bagi mereka berbuat sebalinya rupa-rupanya bisa ditafsirkan sebagai penghinaan berat, menodai keluhuran nama atasan mereka. Tanpa dukungan priyayi lapisan atas terhadap usaha kita, kemungkinan mendapatkan uluran kerja sama dari para pejabat lapisan bawah pun benar-benar terhalang.
Inilah perintang besar yang sekarang menghalangi kemajuan di depan kita yang harus diperhitungkan. Kami berpendapat, bahwa rintangan ini hanya bisa dibersihkan dengan datang kepada akarnya, yaitu dengan melenyapkan sumber rintangan itu. Kami benar-benar menyadari, bahwa proses ini harus menjadi keyakinan batin, sehingga tidak bisa dipaksakan kepada orang lain. Kekuatan gerakan kita lebih bersumber pada keyakinan batin, yang mendorong kita bersama-sama memepersatukan diri di dalam persatuan yang kukuh dan abadi, yang selayaknya kita junjung tinggi. Oleh karenanya kita memutuskan untuk melampaui kaum tua untuk sementara ini, dan mencurahkan daya upaya kita guna kaum muda yang ikut merasakan keprihatinan kita. Tak ada hadiah yang lebih besar dari kami kecuali perasaan cinta terhadap sesama sahabat, khususnya yang secita-cita dengan kami, yaitu kawan-kawan kita dari sekolah kehewanan pribumi dan pertanian di Buitenzorg, di sekolah bestir di Bandung, Magelang, dan Probolinggo, di sekolah menengah petang di Surabaya. Mudah-mudahan mereka inilah orang-orang yang bisa mengerti cita-cita kami dengan sebaik-baiknya, sehingga suara kami tidak akan sia-sia ibarat teriakan di belantara. Selayaknyalah kita mengharapkan, agar calon-calon pemimpin rakyat jelata masa datang ini bersedia melakukan apa pun untuk meningkatkan kesejahteraan tanah air dan bangsanya. Harapan kami ternyata benar: gagasan kami mendapat sambutan luas dan dukungan di kalangan kawan-kawan kami. Kaum muda siswa-siswa Jawa telah lama ingin berbuat sesuatu bagi saudara-saudara setanah air, bangsa Jawa yang besar. Walaupun kami para siswa hanya terdiri atas selapisan kecil penduduk Jawa, kami ikut sepenuhnya dalam kebahagiaan, suka dan duka bangsa kita.
Di samping itu sambutan tidak terduga dari sejumlah pejabat pribumi dan penduduk biasa terhadap organisasi kita, membuktikan bahwa banyak orang yang setuju terhadap cita-cita itu. Karenannya dengan mantap bisalah dikatakan, bahwa organisasi kita telah membuktikan dirinya sendiri bisa hidup.
Organisasi kita, Budi Utomo, didirikan tanggal 20 Mei dengan anggota pertama sekitar 650 orang. Tujuan organisasi telah dilaporkan dengan sangat singkat oleh Bataviaasch Nieuwsblad: meringankan beban perjuangan hidup bangsa Jawa melalui perkembangan yang harmonis dan kerohanian.
Tugas paling mendesak yang kita hadapi bukanlah sekedar membersihkan kandang Augias saja. Sudah tentu penghapusan adapt kebiasaan hormat yang melelahkan itu akan termasuk di dalam butir-butir tujuan kita juga. Tetapi prioritas harus diberikan pada masalah pendidikan.
Cara-cara untuk mencapai tujuan kita itu akan dirumuskan secara terinci oleh pengurus pusat, yang akan dibentuk di Yogyakarta pada bulan puasa mendatang. Semua organisasi yang menyetujui tujuan kita akan diminta mengirimkan perutusan masing-masing ke sidang umum ini, dan pada saat itu juga anggaran dasar organisasi akan ditetapkan. Di dalam organisasi ini angkatan muda jelas tidak akan menduduki fungsi pimpinan. Keadaan memaksa kaum muda memikirkan segala soal ini, tetapi mereka belum tamat dari sekolah. Oleh karenanya kita harus mempercayakan pimpinan pada orang-orang tua yang bersungguh-sungguh terhormat, terhormat, pendek kata orang lebih berpengalaman. Hanya dengan demikianlah kita akan bisa bekerja secara efektif, dan meyakinkan saudara-saudara setanah air tentang sifat dan tekad serta kemauan bangsa Jawa.
Selama beberapa hari yang lalu sementara surat kabar memuat artikel-artikel menarik tentang usaha keras tiga raden ajeng dari Jepara dan para bupati dari Jepara, Demak, Temanggung, Karanganyar, Kutoarjo, dan di daerah-daerah lain. Usaha ini kelihatannya mendapat sambutan hampir dari semua pihak.
Berita ini menggembirakan kita. Kita tidak lagi harus menghadapi masalah yang kelihatannya tak bisa diatasi, yaitu sikap masa bodoh para pemimpin rakyat. Kita bisa membuang sikap pasif itu jauh-jauh. Sekarang agaknya para pembesar itu sependapat dengan cita-cita kita. Mereka ingin maju dengan menempuh jalan yang sama dengan kita. Apakah yang lebih mudah dan lebih sesuia bagi kita kecuali maju terus di sepanjang jalan ini bersama-sama? Dengan demikian kita tidak usah mendua kali segala langkah kita. Hal ini perlu jika kita menginginkan berhasilnya gerakan. Sampai sekarang kita belum bekerja bersama-sama. Tetapi dari segala penjuru suara dapat didengar menyatakan pentingnya persatuan. Maka menjadi sangat penting bagi organisasi kita, bukan hanya tertutup, tetapi juga menjadi seluas mungkin.
Kita telah secepatnya memberitahukan kepada para raden ajeng Jepara tentang keadaan dan tujuan organisasi kita, Budi Utomo, serta mendorong mereka agar mebentuk organisasi setempat. Dan sekaligus kita nyatakan pula keinginan untuk bekerja sama dengan mereka itu.
Sekarang telah kita peroleh jalan berkomunikasi, tidak hanya dengan sesama sendiri, tetapi juga dengan beberapa pemimpin bangsa kita. Menjadi harapan kita, agar suatu organisasi yang kuat akan tumbuh dari kerja sama ini.
Tidak pada tempatnya bagi mereka di antara kita yang masih muda untuk memangku jabatan pimpinan bangsa. Kami tidak menuduh siapa pun akan melalaikan kewajibannya, melainkan semata-mata karena saatnya belum tiba untuk itu. Tetapi hari kehidupan baru bagi bangsa Jawa sekarang telah terbit. Zaman untuk selalu mengalah telah lewat. Jika para pembesar masih tetap bimbang, tetap enggan, dan tidak mau atau tidak berani memimpin gerakan ini, maka di luar kemauan kita sendiri terpaksalah kita akan menggantikan mereka memikul tanggung jawab itu. Kami merasa hal itu tak perlu terjadi.
Kami berterima kasih atas ruangan yang tersedia untuk mengutarakan gagasan kita ini.

Atas nama pengurus Budi Utomo
Sekretaris, Soewarno